A.
Pendahuluan
Kabupaten Biak Numfor adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Biak. Kabupaten Biak Numfor
terdiri dari 2 (dua) pulau kecil, yaitu Pulau Biak dan Pulau Numfor serta lebih dari 42 pulau sangat
kecil, termasuk Kepulauan
Padaido
yang menjadi primadona pengembangan kegiatan dari berbagai pihak. Luas
keseluruhan Kabupaten Biak Numfor adalah 5,11% dari luas wilayah provinsi
Papua. Letak Geografis Kabupaten
Biak Numfor terletak di Teluk Cenderawasih pada titik 0°21'-1°31' LS,
134°47'-136°48' BT dengan ketinggian 0 - 1.000 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten ini merupakan gugusan
pulau yang berada di sebelah utara daratan Papua dan berseberangan langsung dengan Samudera
Pasifik. Posisi ini menjadikan Kabupaten
Biak Numfor sebagai salah satu tempat yang strategis dan penting untuk
berhubungan dengan dunia luar terutama negara-negara di kawasan Pasifik, Australia atau Filipina. Letak
geografis ini memberikan kenyataan bahwa posisinya sangat strategis untuk
membangun kawasan industri, termasuk industri pariwisata.
Kampung/desa per distrik
No.
|
Distrik
|
Desa/Kampung
|
1
|
Andei, Asarkir, Asaryendi, Busdori, Dousi,
Farusi, Insiri, Kababur, Kanaan, Kandibundi, Mamoribo, Mandenderi, Mardori,
Marisen, Napdori, Opuri, Ramdori, Sarwa, Sopendo, Sosmay, Sunbinya,
Swainober, Swaipak, Waberik, Wasyai, Wombrisauw, Yembepioper, Yomdori
|
|
2
|
Ambroben, Anggraidi, Burokub, Fandoi, Inggiri, Insrom, Mandala, Manswan,
Mokmer, Parai, Samau, Saramom, Sorido, Swapodibo, Waupnor
|
|
3
|
Anggaduber, Anggopi, Animi, Bakribo, Bindusi,
Insumarires, Kajasbo, Kajasi, Kakur, Makmakerbo, Mandon, Marao, Opiaref,
Orwer, Owi, Rim, Rimba Jaya, Ruar, Saraeidi, Sauri, Sawa, Sawadori, Sepse,
Soon, Soryar, Sunde, Tanjung Barari, Wadibu, Woniki, Yenusi
|
|
4
|
Asur, Andei, Bosnabraidi, Dernafi, Kobeoser, Korem, Mambesak, Nermnu,
Rodifu, Rosayendo, Rumbin, Sarwom, Saukobye, Warbinsi, Waromi, Warsansan,
Wonabraidi, Yobdi
|
|
5
|
Auki, Inbeyomi, Karabai, Mbromsi, Meos Mangguadi,
Nusi, Nusi Baburuk, Nyansoren, Padaido, Pai, Pasi, Samber Pasi, Sandedori,
Saribra, Sasari, Sorina, Supraima, Wundi, Yeri
|
|
6
|
Baruki, Kameri, Kansai, Masyara, Namber, Pakreki, Pomdori, Pyefuri,
Rawar, Saribi, Serbin, Submanggunsi, Supmander, Wansra, Warido, Yenbeba,
Yenbepon, Yenmanu
|
|
7
|
Amperem, Andei, Asaryendi, Bawei, Bruyadori,
Dafi, Duai, Kornasoren, Mandori, Manggari, Sandau, Sauribru, Syoribo,
Yenburwo
|
|
8
|
Adainasnosen, Brambaken, Darfuar, Karang Mulia, Mandouw, Maryendi,
Sambawofuar, Samofa, Sumberker, Yafdas
|
|
9
|
Aman, Ammoy, Diano, Doubo, Inswanbesi, Inswanbesi
Sup, Inyobi, Karmon, Karuiberik, Komboy, Koyomi, Makuker, Marur, Sansundi,
Saway, Sor, Wasani, Wasori, Wodu, Wouna, Yawosi, Yeruboy
|
|
10
|
Adoki, Kabidon, Moibaken, Padwa, Rampibo, Samber, Samber Sup, Suneri,
Sunyar, Syabes, Urfu, Waroy, Wirmaker, Yendidori
|
|
11
|
Asur, Bosnabraidi, Wasori, Yawosi, Soor, Karmon
|
|
12
|
B.
Kemiskinan di
Biak Numfor
Berikut
ini data dan informasi kemiskinan yang di buat oleh BPS, yaitu:
·
Jumlah dan persentase penduduk miskin, P1, P2, dan
garis Kemiskinan menurut Kab/Kota, tahun
2010
1.
Jumlah penduduk miskin : 42,5 (000)
2.
Persentase penduduk miskin ; 33,61
3.
P1 :
9,91
4.
P2
: 4,48
5.
Garis kemiskinan Rp/Kap/Bln : 345.406
·
Persentase penduduk menurut Kab/Kota dan kategori
kemiskinan tahun 2010
1. Sangat
miskin : 19,15
2. Miskin : 14,47
3. Hampir
miskin : 17,28
4. Tidak
miskin : 49.10
·
Persentase penduduk miskin usia 15 tahun ke atas
menurut Kab/kota dan status bekerja tahun 2010
1. Tidak
bekerja :
5,05
2. Bekerja di
sector informal : 86,93
3. Bekerja di
sector formal : 8,01
·
Persentase penduduk miskin usia 15 tahun ke atas
menurut kab/kota dan sector bekerja, tahun 2010
1. Tidak
bekerja :
51,05
2. Bekerja di
sector pertanian : 81,13
3. Bekerja
bukan di sector pertanian : 13,81
·
Persentase
pengeluaran perkapita untuk makanan menurut kab/kota dan status miskin,
tahun 2010
1. Miskin ; 76,05
2. Tidak
miskin :60,68
3. Miskin +
tidak miskin ; 65,96
·
Persentase rumah tangga miskin menurut kab/kota dan
luas lantai perkapita, tahun 2010
1.
≤ 8 luas lantai perkapita (m2) : 56.27
2.
8 < luas ≤ 15 luas lantai perkapita (m2)
: 35.95
3.
> 15 luas lantai perkapita (m2) : 7.78
·
Persentase rumah tangga yang pernah membeli beras
raskin, rata-rata jumlah beras raskin, dan harga yang dibeli oleh rumah tangga
pada Quantile 1 menurut kabupaten/kota, tahun 2010.
1.
Ruta penerima raskin (%) : 41,91
2.
Rata-rata raskin (kg) : 15,44
3.
Rata-rata harga (Rp) :4.122
1.
Mengapa
Miskin?
Beberapa hal di bawah
ini yang menyebabkan kemiskinan di kabupaten Biak Numfor, sebagi berikut:
a.
Kurang
lahan pekerjaan
Kurangnya lahan
pekerjaan mengakibatkan masyarakat susah mencari uang. Uang adalah alat yang
dipakai untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Tidak ada lahan pekerjaan yang
bisa mendatangkan uang untuk masyarakat menyebabkan susahnya masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari yang hanya dapat dibeli dengan uang. Lapangan
kerja yang tersedia di Biak Numfor sangat terbatas sehingga masyarakat pada
umumnya susah mencari pekerjaan.
b.
Kurang
memanfaatkan konten ekonomi daerah
Konten ekonomi daerah
sangat dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan uang jika dimanfaatkan
dengan baik. Kabupaten Biak Numfor adalah sebuah pulau di Provinsi Papua yang
sangat strategis untuk dimanfaatkan potensi laut dan pariwisata, namun itu
masih kurang optimal dalam memberdayakan potensi tersebut oleh penduduk yang
berada di sekitar laut. Selain potensi kelautan dan pariwisata, masih luas
daratan yang bisa diberdayakan untuk pertanian, namun ini pun masih minimal
difungsikan karena cara dalam bertani masih tradisional yang hasil panenpun
hanya untuk makan keluarga dan jikapun dijual hasilnya tidak maksimal. Oleh
sebab itu, butuh pemahaman yang jelas untuk bisa memanfaatkan konten ekonomi
daerah di kabupaten Biak Numfor.
c.
Kurang
sarana dan prasarana penunjang usaha mandiri
Kurangnya sarana dan
prasarana untuk masyarakat membuat usaha mandiri sehingga usaha masyarakat yang
ingin membangun usaha mandiri terhambat dan tidak jarang usaha itu berhenti di
‘tengah jalan’ karena keterbatasan sarana dan prasarana.
d.
Membudayakan
budaya yang negatif
Ada beberapa sifat
negatif yang sudah membudaya di masyarakat sehingga tidak bisa untuk mandiri
dalam membangun ekonomi individu atau keluarga, diantaranya sebagai berikut:
o
Budaya
pasrah pada keadaan
o
Budaya
sukuisme antar orang papua
o
Budaya
“malas”
o
Budaya
“gengsi”
o
Budaya
“angkuh”
o
Budaya
tidak jujur
o
Budaya
“pesimis”
o
Budaya
“iri dan sentimen”
o
Budaya
kenakalan
o
Budaya
seks bebas
o
Budaya
“egois”
o
Budaya
“siapa lu siapa gue”
o
Budaya
pergaulan buruk
o
Budaya “bergantung
kepada pemerintah”
o
Budaya
kkn
o
Budaya
“menjual orang”
o
Budaya
kesewenang-wenangan
o
Budaya
“pengkotak-kotakan”
Hal-hal di atas ini sudah membudaya pada
masyarakat-masyarakat tertentu sehingga susah untuk berkembang ke arah yang
lebih baik. Tanpa sadarpun pembudayaan
hal-hal di atas ini menyebabkan kemiskinan pada bidang-bidang tertentu (miskin
materi, miskin mental, miskin spiritual dan miskin sosial).
e.
Program Pemerintah yang kurang menyentuh masyarakat ‘akar
rumput’
Herarki dalam birokrat
yang di dalamnya terdapat oknum-oknum yang ‘bobrok’ sifat dan mentalnya
menyebabkan sering terjadi pengkotak-kotakan dalam pemberian pelayanan
pemerintah kepada masyarakat dan tidak jarang hanya untuk memperkaya
pejabat-pejabat tertentu di dalam birokrat pemerintahan provinsi dan kabupaten.
Hal ini menyebabkan masyarakat ‘akar rumput’ yang tidak mempunyai modal untuk
usaha bahkan tidak mempunyai ketrampilan khusus untuk mencari uang guna
kebutuhan sehari-harinya semakin diperparah. Jikapun pelayanan pemerintah sampai
kepada masyarakat ‘akar rumput’, hasilnya tidak sesuai karena telah berkurang
dari yang seharusnya karena melewati beberapa ‘tanggan’ untuk sampai kepada
masyarakat ‘akar rumput’.
2.
Miskin
dalam bidang apa?
Dua kategor di sini yang
akan dijelaskan adalah kemiskinan dalam makanan dan bukan makanan,
penguraiannya sebagai berikut:
a.
Makanan
Kebutuhan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer
bagi manusia. Dengan makanan manusia dapat untuk hidup dan melakukan aktifitas
lainnya. Jumlah makan minimal dalam sehari adalah tiga (3) kali (pagi, siang,
dan malam). Makanan yang dimakan pun harus memenuhi kebutuhan gizi di dalam
tubuh.
Di kabupaten Biak Numfor makanan pokok sehari-hari adalah
beras, ubi-ubian, sayur dan ikan. Daging dan buah masih kurang di Biak Numfor,
jikapun ada harganya hanya bisa dijangkau oleh masyarakat yang mampu untuk
membeli. Tingginya harga pasar menyebabkan susahnya masyarakat untuk membeli
makanan, karena kebanyakan makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang di
dapatkan dengan cara membeli di pasar. Kebanyakan usaha masyarakat sendiri
belum mampu secara individu, keluarga atau kelompok untuk memproduksi sendiri
bahan makanan yang lengkap untuk di konsumsi sehingga harus dibeli ke pasar. Perhitungan
3 (tiga) kali makan sehari itu amat jarang bagi masyarakat kelas bawah,
seringkali hanya 2 (dua) kali sehari. Nilai gizi dari makanan yang dimakan oleh
masyarakat kelas bawah juga sering belum memenuhi standar nilai gizi yang
seharusnya, ini menyebabkan tingginya angka kesakitan kekurangan vitamin bagi
masyarakat Biak Numfor dan mudah terserang penyakit.
b.
Bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan
kesehatan)
Kemiskinan lain
selain makanan yaitu masalah perumahan
layak huni. Standar ukuran minimal rumah sehat adalah 8 meter atau 10 meter.
Kenyataan di Biak Numfor ini masih banyak rumah yang belum mencukupi standar
rumah sehat. Bahkan masih banyak rumah yang berlantaikan tanah, dinding yang
terbuat dari dahan sagu atau kayu, atap rumah yang hanya dari daun pohon sagu,
sehingga kurang memberi perlindungan yang maksimal bagi penghuni rumah. Rumah
yang kurang baik berdampak buruk bagi penghuni rumah. Penerangan jalan dan
rumah pun belum semua tempat ada, masih banyak desa yang belum menggunakan
listrik.
Indikator
kemiskinan yang dapat dilihat juga pada masyarakat adalah dari pakaian yang
digunakan, bukan karena budaya untuk
tidak berpakaian tetapi karena sukar membeli pakaian sehingga banyak penduduk
yang menggunakan pakaian yang sudah tidak layak pakai.
Hal-hal di atas
memicu persoalan lain yaitu masalah kesehatan. Kurangnya gizi dan lingkungan
yang kurang sehat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit yang dialami oleh
masyarakat. Salah satu penyakit yang banyak menyebar dimasyarakat akibat seks
bebas adalah HIV/Aids. Dikabupaten Biak Numfor termasuk urutan ke 4 di Papua
terkait jumlah tingginya masyarakat yang terkena penyakit HIV/Aids.
Hal yang
memprihatinkan juga adalah kekurangan finansial keluarga mengakibatkan pendidikan
anak-anaknya menjadi terhalang, banyak anak usia sekolah yang tidak bisa
melanjutkan sekolahnya karena kekurangan biaya sekolah. Pada saat ini, ada
program pemerintah yang membebaskan biaya pendidikan sekolah, namun ada banyak
juga alasan pihak sekolah yang memberi beban kepada siswa untuk membayar biaya
dengan alasan yang berbagai macam, sehingga bagi keluarga kurang mampu dengan
terpaksa memberhentikan anak mereka untuk melajutkan sekolah karena
keterbatasan finansial keluarga. Di
sekolah-sekolah pun sarana dan prasaranan pendidikan masih terbatas dan itu
memungkinkan bahwa belum mampu bersaing dengan daerah maju lainnya di tambah
tidak sedikit guru-guru yang belum profesional dalam mengajar mengakibatkan
mutu pendidikan yang rendah.
Kemiskinan-kemiskinan di atas menyebabkan timbulnya
masalah-masalah baru yang saling berkaitan yang membutuhkan keseriusan untuk
memperbaiki dan meningkatkan keadaan tersebut ke arah kelayakan yang lebih
baik.
3.
Dimana
orang miskin tinggal?
Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin di Biak terkonsentrasi di daerah perdesaan yang tidak menutup kemungkinan penduduk
di daerah perkotaan juga masih banyak yang dikategorikan miskin. Penduduk di
daerah pedesaan dikatakan miskin karena lebih dominan belum mampu untuk
mecukupi kebutuhan-kebutuhan pokok sehari-hari dengan hidup apa adanya dengan
serba kekurangan. Hubungan transportasi yang belum lancar di tamba dengan biaya
transportasi yang mahal menyebabkan penduduk desa terlambat dalam pembangunan
dan perkembangan zaman seperti di daerah perkotaan. Keterlambatan pembangunan,
kurangnya transportasi, kurangnya perputaran uang, kurangnya lapangan kerja
yang menghasilkan uang, kurangnya informasi global menyebabkan orang di desa
hidup dalam keterlambatan dalam berbagai hal.
Kurangnya uang dan hubungan transportasi mengakibatkan
ketersediaan bahan makanan tidak kondusif karena hanya mengharapkan hasil
makanan lokal yang diolah sendiri oleh masyarakat yang itupun masih sangat
tradisional yang hasilnya tidak optimal untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Hal ini mengakibatkan jumlah bakan yang minimalnya tiga kali sehari menjadi
relatif tergantung upaya dan ketersediaan makanan.
Kemiskinan di daerah perkotaanpun masih tetap ada karena kondisi-kondisi
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya masih terlihat di perkotaan bagi
penduduk-penduduk tertentu.
C. Kesimpulan
Kemiskinan dan kelaparan merupakan fenomena sosial yang dihadapi
setiap negara terutama di negara-negara miskin dan sedang berkembang. Kemiskinan
merupakan masalah multidimensional yang berkaitan dengan banyak aspek, namun
pada intinya adalah ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya (basic needs). Penduduk miskin bukan saja mereka yang berpenghasilan sangat
rendah tetapi juga mereka yang berada dalam kondisi buruk dalam hal kesehatan,
pendidikan dan aspek lainnya sebagai manusia. Oleh karenanya,
penanggulangan kemiskinan di wilayah Biak Numfor harus memperhatikan akar
masalah utama kemiskinan.
Kabupaten Biak Numfor dalam angka kemiskinan berdasarkan data statistik
yaitu sangat miskin 19,5; miskin 14,47; hampir miskin 17,28 dan tidak miskin
49,10. Jumlah angka yang tidak miskin mendominasi penduduk kabupaten Biak
Numfor, urutan kedua yaitu penduduk sangat miskin, ketiga penduduk hampir
miskin dan keempat yaitu penduduk miskin.
Orang yang dikategorikan miskin tidak hanya dipedesaan tetapi juga di
perkotaan dikarenakan pembangunan dan pemerataan penduduk yang tidak maksimal.
Tetapi Hal berikut yang menyebabkan kemiskinan adalah kurangnya ketersediaannya
lapangan kerja. Lapangan kerja sangat sulit didapatkan untuk menghasilkan uang
untuk mencukupi kebutuhan finansial. Penduduk pada umumnya hanya mengharapkan
bekerja sebagai pegawai negeri karena lapangan kerja swasta yang kurang. Timbal
balik dari hal ini mengakibatkan paradigma sebagian orang biak yang mengatakan
bahwa pekerjaan yang menguntungkan hanya ada ketika menjadi pegawai negeri
akibatnya usaha untuk mandiri dalam dunia usaha menjadi minim.
Jumlah penduduk yang tidak miskin adalah sebagian penduduk yang
pekerjaannya adalah pegawai negeri dan hanya sebagian kecil penduduk yang
berwira usaha yang dikategorikan tidak miskin.
Penduduk biak numfor membutuhkan ketersediaan lapangan kerja yang lebih banyak
untuk mendapatkan kebutuhan finansial yang dapat mencukupi kebutuhan lainnya.
Sumber daya lokal banyak yang dapat dimanfaatkan tetapi belum dimanfaatkan
secara optimal dalam bidang pariwisata dan perikanan harus bisa diberdayakan.
Oleh sebab itu membutuhkan keseriusan dari pemerintah untuk jeli melihat
kebutuhan penduduk biak numfor mengenai: Lapangan kerja, sarana dan prasarana
transportasi, pendidikan, kesehatan, pertanian, perikanan dll untuk
meningkatkan taraf hidup penduduk biak numfor. Dan jika dikelola kabupaten Biak
Numfor dengan baik maka akan menguntungkan masyarakat maupun pemerintah pada
umumnya dengan letak dan sumber daya alam yang sangat besar di Biak Numfor ini.
By. Mores Kbarek